Minggu, 21 Juni 2015

KATA PENGANTAR
 Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengelolaan Bangunan Ramah Lingkungan (Konsep Green Building)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penerapan desain dan kontruksi bangunan memang sangat penting sebaiknya menerapkan pembangunan yang berkelanjutan, maksud berkelanjutan adalah dalam pembangunan harus memperhatikan lingkungan sekitar, ramah lingkungan dan melakukan penghematan. Apa itu konsep green building? Mengapa harus menerapkan konsep green building pada zaman sekarang? Bagaimana proses green building? Pertanyaan inilah yang menjadi fokus makalah yang penulis susun. Sejalan dengan hal itu, makalah ini membahas hal ihwal pengelolaan bangunan ramah lingkungan dan aplikasinya. Dengan uraian yang komprehensif, diharapkan pemahaman bukan hanya sekedar teori melainkan lebih jauh pada tataran aplikasi.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan kerena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada :
  1. Ibu Yuni Ertinawati, S.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia;
  2. rekan-rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide, waktu maupun tenaga demi terselesaikan makalah ini;
  3. semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata Semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umunya bagi semua pihak. Amin.
Tasikmalaya, 20 Oktober 2012
       Penulis

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR ………………………………………….

  DAFTAR ISI ……………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………..


  1. Latar Belakang ………………………………………………


  1. Rumusan Masalah ……………………………………………


  1. Tujuan Makalah ……………………………………………..


  1. Kegunaan Makalah ………………………………………….


  1. Prosedur Makalah……………………………………………

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………
  1. Tinjauan Pustaka… ……………………………………………..
    1. Definisi Green Building ………………………………………………
    2. Konsep Green Building ……………………………………………….
    3. Pembahasan ……………………………………….………….
      1. Penggunaan Energi Matahari ……………………………
      2. Konstruksi Dan Material Rumah Ramah Lingkungan ….
      3. Rumah Tinggal Dan Kebutuhan Energi …………………
      4. Konsep Hemat Energi Atau Sadar Energi ………………








BAB III
SIMPULAN ………………………………………………………………………
  1. Simpulan …………………………………………………
  2. Saran …………………………………………………….



DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Teknologi ramah lingkungan telah ramai dikampanyekan, masyarakat dikenalkan dengan konsep ramah lingkungan, misal prinsip pemisahan sampah organik dan anorganik, serta penggunaan plastik dan sabun yang bisa terdegradasi. Selain itu perusahaan-perusahaan juga mulai diwajibkan untuk menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh badan yang terkait, misalnya dengan adanya ISO 4001 tentang lingkungan. Kelangkaan BBM & BBG serta fenomena global warming menyebabkan setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan energi-energi alternatif selain minyak dan gas bumi, serta berlomba menciptakan dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Green Technology. Energi alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai pengganti BBM dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan bioetanol.
Rumah merupakan elemen terdekat dan terkecil yang merupakan tempat singgah dari subjek (pelaku utama) pengguna energi BBM & BBG serta sebagai produsen dari limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Para ahli baik itu arsitek maupun teknokrat sedang dan telah melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Indonesia merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis katuliswa sehingga dilimpahi sinar matahari yang cukup sepanjang tahun, serta suhu yang cukup stabil. Dengan memperhatikan kondisi geografis tersebut, maka energi alternatif matahari sangat cocok diterapkan di Indonesia. Konstruksi bangunan rumah juga harus memperhatikan  unsur penggunaan bahan/material dan bentuk bangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu untuk pencahayaan, AC untuk pendingin, sistem pembuangan yang baik.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
  1. Apakah yang dimaksud dengan green building?
  2. Bagaimana pengunaan energi matahari sebagai alternatif energi listrik?
  3. Bagaimana konstruksi dan material rumah ramah lingkungan?
  4. Bagaimana rumah tinggal dan kebutuhan energi di Indonesia?

  5. Bagaimana konsep hemat energi atau sadar energi?
C.    Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan ide pembangunan rumah yang ramah lingkungan dan hemat energi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
D.      Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep penelitian pengelolaan bangunaan ramah lingkungan (konsep green building). Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
  1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep penelitian pengelolaan bangunaan ramah lingkungan (konsep green building);
  2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep penelitian tindakan kelas baik secara teoritis maupun praktis.
E.       Prosedur Makalah
Makalah ini dsusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan meguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai lteratur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tinjauan Pustaka
1.    Definisi Green Building
Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek. Praktik Green Building memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan.
Green construction ialah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang,dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan.
2.    Konsep Green Building
Konsep pembangunan berkelanjutan dapat ditelusuri dengan energi (minyak terutama fosil) krisis dan pencemaran berwawasan lingkungan pada tahun 1970. Gerakan green building di Amerika Serikat berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk lebih hemat energi dan ramah lingkungan konstruksi praktek. Ada sejumlah motif untuk membangun hijau, termasuk manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun, inisiatif keberlanjutan yang modern panggilan untuk desain terpadu dan sinergis untuk kedua konstruksi baru dan dalam perkuatan struktur yang ada. Juga dikenal sebagai desain yang berkelanjutan, pendekatan ini mengintegrasikan membangun siklus hidup dengan setiap praktik hijau digunakan dengan tujuan desain-untuk menciptakan sinergi antara praktek yang digunakan.
Green building menyatukan array yang luas dari praktek, teknik, dan keterampilan untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan dampak bangunan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini sering menekankan mengambil keuntungan dari sumber daya terbarukan, misalnya, menggunakan sinar matahari melalui solar pasif, surya aktif, dan fotovoltaik teknik dan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap hijau, taman hujan, dan pengurangan air hujan run-off. Banyak teknik lain yang digunakan, seperti menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, atau menggunakan beton kerikil atau permeabel dikemas bukan beton atau aspal konvensional untuk meningkatkan pengisian air tanah. Di sisi estetika arsitektur hijau atau desain yang berkelanjutan adalah filosofi merancang bangunan yang harmonis dengan fitur alam dan sumber daya sekitar situs. Ada beberapa langkah kunci dalam merancang bangunan berkelanjutan: menentukan ‘hijau’ bahan bangunan dari sumber-sumber lokal, mengurangi beban, sistem mengoptimalkan, dan menghasilkan di tempat energi terbarukan.
Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana sistem bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah.
Pemakaian material/bahan bangunan yang banyak digunakan seperti kaca, beton, kayu, asphalt, baja dan jenis metal lainnya ditengarai dapat menimbulkan efek pemanasan global yang signifikan dan menyebabkan perubahan iklim di dunia. Ingat kan penggunaan kaca gelap/ kaca yag dapat memantulkan cahaya matahari yang biasanya digunkan pada gedung-gedung tinggi/bertingkat yang biasa disebut dengan kaca film ribben. Jelas-jelas itu sangat merugikan karena menghantarkan cahaya matahari kembali ke atmosfer bumi dan terjadilah penumpukan sehingga suhu bumi semakin panas. Empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green building yaitu:
Material
Material yang digunakan untuk membangun haruslah diperoleh dari alam, merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi lain, serta teknologi energi terbarukan seperti turbin angin dan panel surya.
Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistim pemanas air tanpa listrik.
Kesehatan
Gunakan bahan-bahan bagunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-VOC, dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.
B.  Pembahasan
1.    Penggunaan Energi Matahari
Sinar dari matahari dapat diubah menjadi energi listrik menggunakan komponen yang disebut sel surya. Sel surya merubah sinar matahari menjadi arus listrik DC. Arus yang dihasilkan sebanding dengan intensitas sinar matahari yang diterima dan juga sebanding dengan luas permukaan dari sel surya yang terpapar sinar matahari.
Para ahli telah berhasil memanfaatkan prinsip dari sel surya dengan menciptakan panel surya yang dapat digunakan sebagai atap rumah. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, para ilmuwan juga telah menciptakan panel surya yang mampu berputar untuk menyesuaikan posisinya mencari intensitas matahari yang tertinggi. Profesor Michael Gratzel dari Lausanne Federal Technology Institute juga telah berhasil menemukan sel surya murah yang bisa digunakan membangun jendela yang menghasilkan listrik dengan efisiensi yang tinggi.
Peralatan pendukung untuk bisa memanfaatkan energi matahari sebagai pengganti listrik dari PLN, antara lain adalah controller (pengatur pengeluaran daya dari sel surya), inverter untuk merubah arus DC menjadi arus AC karena peralatan elektronik rumah tangga sebagian besar menggunakan sumber arus AC, dan baterai yang berguna untuk menyimpan energi yang dihasilkan sel surya pada siang hari agar bisa dimanfaatkan oleh penghuni rumah pada malam hari.
Kendala yang dihadapi agar bisa memanfaatkan energi matahari menggunakan panel surya adalah dari segi biaya pemasangan/instalasi masih mahal jika dibandingkan menggunakan energi listrik dari PLN. Biaya yang perlu dikeluarkan untuk pemasangan panel surya adalah US$ 8-10/Watt. Jika seseorang ingin membeli sel surya untuk keperluan penerangan rumah tangga yang sekitar 900 Watt, maka secara kasar biaya yang perlu dikeluarkan (diinvestasikan?) sebesar 900 Watt x US$ 8 = US$ 7200. Harga ini sudah termasuk biaya pemasangan dan beberapa komponen pendukung untuk dipasang di atap sebuah rumah. Sedangkan pemasangan listrik PLN dengan daya 900 Watt sekitar Rp. 1.500.000,- . Hal inilah yang menyebabkan masyarakat masih jarang menggunakan panel surya sebagai sumber listriknya.
Tingginya biaya untuk pemasangan panel surya sebenarnya bisa diatasi jika pemerintah punya tekad yang kuat untuk memasyarakatkan energi-energi alternatif selain BBM. Pada awalnya pemerintah bisa memberikan subsidi-subsidi pada energi alternatif untuk mengantikan listrik PLN, khususnya penggunaan panel surya. Sebagai contoh di Korea Selatan, harga sel surya yang dibeli oleh konsumen setempat  mampu ditekan hingga 70% sekitar US$ 3 hingga 4 per Watt-nya. Jika diasumsikan pemerintah telah memberikan subsidi sama dengan Korea, maka biaya pemasangan untuk daya 900 Watt adalah Rp. 27.000.000,-(dengan kurs US$ 1 sebesar Rp. 10.000.000,-).
   Selanjutnya dilakukan sosialisai besar-besaran mengenai keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya, antara lain panel surya bisa digunakan sampai +/- 15 tahun. Jika dihitung biaya listrik yang harus dibayar ke PLN selama 15 tahun dengan rata-rata pemaikaian tiap bulan Rp. 200.000,-  adalah sebesar RP.36.000.000,- sehingga masih ada selisih keuntungan sebesar Rp. 9.000.000,- ditambah lagi jika TDL naik maka nilai keuntungan pemaikaian panel surya akan lebih besar lagi. Jika semakin banyak penguna panel surya, maka pasar otomatis akan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut, dan bisaanya akan diikuti oleh usaha inovasi-inovasi untuk bisa memproduksi dengan efisien dan murah oleh produsen-produsen/pabrik pembuat panel surya, sehingga harga akan semkin murah, sebagai contoh semakin murahnya harga-harga barang elektronik pada saat sekarang ini karena telah ditemukan teknologi dan proses produksi yang efisien.
   Selain keuntungan dari segi biaya jangka panjang (investasi), masih ada lagi keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika menggunakan panel surya. Antara lain penggunaan panel surya akan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan, kita ketahui bahwa pembangkit tenaga listrik masih banyak yang menggunakan proses pembakaran dari BBM, BBG, batu bara, dan bahkan nuklir. Pembakaran bahan apapun pasti akan menghasilkan gas yang akan mencemari udara. Keuntungan yang lain penggunaan listrik dari panel surya ini adalah tidak akan terpengaruh oleh adanya pemadaman bergilir dari PLN, bayangkan jika tempat transaksi ekonomi, misalnya mall ataupun perkantoran mengalami pemadaman listrik dari PLN dalam satu jam saja berapa kerugian yang harus ditanggung.
2.    Konstruksi Dan Material Rumah Ramah Lingkungan
Kampanye green technology juga telah membuat para arsitektur maupun teknokrat dibidang konstruksi untuk melakukan berbagai inovasi untuk merancang konstruksi bangunan dan memilih material bangunan yang  sesuai dengan prinsip ramah lingkungan. Sebagai contoh, berbagai instansi telah banyak mengadakan lomba desain rumah indah, sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.
Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Berikut ini adalah berbagai contoh yang telah ditawarkan/dicontohkan oleh para arsitektur yang peduli akan lingkungannya. Pertama, kita bisa meniru konsep rumah pangung. Dengan adanya  jarak antara tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi banjir. Kedua, harus diperhatikan masalah pencahayaan. Jika rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Selanjutnya yang ketiga adalah masalah ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka udara yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi lebih rendah. Masalah sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran pembuangan air dan penempatan tempat sampah organic maupun anorganik.
Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. Pertama, gunakan sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya kita bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Berikut ini adalah contoh berbagai bahan yang bisa dipilih untuk menghasilkan sebuah rumah yang ramah lingkungan. Low E-Glass, yang bisa digunakan untuk kaca jendela yang akan menyerap panas sehingga ruangan tidak akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga bisa dihemat. Rain Harversting yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk toilet. Storage Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk menghangatkan ruangan pada saat suhu dingin tiba, sehingga penggunaan mesin penghangat ruangan (heater) dapat dikurangi. Penggunaan bahan Photocatalytic pada permukaan dinding bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.
Dalam penerapan green construction tentunya banyak tantangan yang harus dilalui, yaitu :
Modal atau Biaya
Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang banyak. Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan gedung-gedung yang lainnya. Banyak faktor yang membuat Green Construction´ memakan modal yang cukup besar, seperti contohnya dalam peggunaan pakar atau tenaga ahli dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green Building tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Pembuatan design yang startegis
Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.
Pemilihan material/bahan bangunan yang ramah lingkungan
Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu, Gedung tradisional Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun membangun rumah kayu berbingkai membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang dan kru konstruksi dengan banyak pengalaman dan keterampilan. Membangun rumah dengan bingkai kayu umumnya akan menghasilkan struktur yang handal dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur ketika rincian kecil dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitas buruk.Saat ini pemilik rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan Bangunan Hijau. Namun dengan isu ilegal logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai material mulai ditinggalakan untuk kelestarian lingkungan. Penggunaan bau alam, batu bata, gypsum, dan alumunium serta baja ringanpun menjadi piliha yang tepat. Karena selain ramah lingkungan tapi juga mampu menunjang ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.
Pembuatan peraturan-peraturan yang sah dalam penerapan green construction
Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau.
Penataan kota  untuk mewujudkan konsep  green building
Green Building pastinya harus membuat suatu area yang di tempatinya menjadi daerah yang asri dan ramah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan tata kota yang tepat jika kita ingin membuat suatu Green Building di Indonesia. Letak tata kota yang sesuai dengan keseimbangan ekosistem lingkungan, jangan sampai pembuatan Green Building malah merusak area hijau, atau siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air. Untuk di daerah Indonesia sendiri, bila kita ambil contoh jakarta mungkin pembangunan Green Building susah untuk dilaksanakan, dikarenakan tata letak kota jakarta yang memang sudah padat untuk bangunan-bangunan bersifat kepentinan komersial ataupun bangunan hunian tempat tinggal.
Pembiayaan serta perawatan green building
Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep Green Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar.
Faktor kesehatan
Menggunakan material & produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah kelembaban yang menghasilkan sporadan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan untuk bernapas. Bahan-bahan alami atau natural sudah diketahui memang cukup rentan terhadap gangguan lingkungan itu sendiri seperti keberadaan mikroorganisme ,serta kelembaban udara dan suhu diluar maupun didalam ruangan yang harus diseimbangkan untuk meminimalisasi kerusakan bangunan.
Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya green building
Tantangan ini juga cukup penting untuk dipecahkan, Banyak masyarakat Indonesia yang tentunya belum tahu akan makna Green Building. Mulai dari konsep,manfaatnya dalam jangka panjang serta aplikasinya. Penyuluhan akan Green Building seharusnya juga diberikan kepada masyarakat Indonesia agar lebih mengetahui peranan Green Building dalam dunia pembangunan di Indonesia. Apalgi dengan ekonomi masyarakat Indonesia yang minim membuat rencana ini hanya terbatas kepada pengembang bangunan dengan modal besar dan kalangan menegah ke atas.
Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan, tetapi bisa membangun harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat Indonesia harus ditingkatkan untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan dengan konsep Green Construction. Apapun yang dilakukan manusia untuk pelestarian lingkungan dan perbaikan lingkungan mau sekecil apapun memang sangat berarti seperti membuang sampah pada tempatnya, itu pun masih belum tercapai sempurna. Dengan usia yang menipis karena perubahan iklim, kekurangan energi yang semakin meningkat dan masalah kesehatan, memang masuk akal untuk membangun gedung yang tahan lama,menghemat energi, mengurangi limbah dan polusi, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Upaya-Upaya untuk mewujudkan Green Construction:
1)      Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya Green Construction bagi dunia pembangunan di Indonesia.
2)      Membuat bangunan-bangunan yang berbahan dasar ramah lingkungan.
3)      Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang berwawasan lingkungan.
4)      Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.
5)      Membangun Green Construction dengan menggunakan material yang dapat di perbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi energi.
6)      Mengolah limbah-limbah yang bermanfaat untuk dijadikan material bahan dasar.
7)      Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim wilayah Indonesia.
8)      Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.
9)      Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.
10)  Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak merusak ekosistem sekitar.
3.    Rumah Tinggal Dan Kebutuhan Energi
Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaandi kawasan Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah.
 Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung.
Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy). Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).
4.     Konsep Hemat Energi Atau Sadar Energi
Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.
Di samping dua hal tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal).
Pertukaran udara alami naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup. Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :
Ventilasi Atap
Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.
Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai. Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin).
Teras dan teritisan
Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas, atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin.
Vegetasi Lingkungan
Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu, kelembaban dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun untuk skala kawasan. Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang panas. Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan kenyamanan. Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan radiasi matahari, sehingga mengkondisikan ruang di bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.
Pencahayaan alami
Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencah ayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan. Ada dua jenis penyilauan :
1)        penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare),
2)        penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas matahari semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat listrik.
Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi paling rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan lebih besar dan cahaya matahari tidak panas.
Orientasi bangunan terbaik adalah memiliki sudut kemiringan 20° terhadap sumbu barat-timur dengan bidang permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila kondisi ideal orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperluas bukaan untuk masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki ruang-ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan Pemanfaatan material lokal Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari terbesar adalah atap dan kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat dilakukan, maka harus dihindari radiasi matahari yang optimal pada siang hari, karena akan meningkatkan suhu ruangan.
Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan konstruksi selubung bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi lokal dengan memanfaatkan kayu dari batang kelapa, dan bambu.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.     Simpulan
      Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil simpulan sebagai berikut:
  1. Green building (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup-bangunan: mulai dari penentuan tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Hal ini membutuhkan kerjasama yang erat dari tim desain, arsitek, insinyur, dan klien di semua tahapan proyek.
  2. Energi matahari sebagai alternatif energi selain BBM & MIGAS dapat diterapkan dalam membangun rumah yang hemat energi dalam bentul panel surya untuk atap maupun dalam bentuk sel gratzel yang bisa digunakan sebagai jendela.
  3. Tingginya biaya instalasi panel surya dapat diatasi jika ada kemauan dari pihak pemerintah misalnya dengan memberikan subsidi, sosialisasi besar-besaran mengenai keuntungan penggunaan sel surya, serta kemauan dari pihak industri bersama teknokrat untuk menciptakan sel surya yang murah dan efisien.
  4. Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari
  5. Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramah-tamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. gunakanlah sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan kembali.
  6. Perancangan rumah yang hemat energi dan ramah lingkungan harus memperhatikan aspek kecukupan cahaya, ventilasi, dan sanitasi.
  7. Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam.
  8. Pemilihan bahan material untuk bangunan hendaknya juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan.
B.           Saran
         Beberapa saran yang dapat diberikan untuk dapat dilakukan selanjutnya sebagai berikut:
  1. Perlunya kesadaran dari semua pihak untuk bersama-sama mengembangkan dan menerapkan penggunaan energi alternatif selain BBM & MIGAS.
  2. Perlunya kesadaran dari tiap keluarga maupun pengembang/kontraktor agar memperhatikan aspek hemat energi dan ramah lingkungan ketika merancang sebuah rumah.

Daftar Pustaka

Abidin, Y. et al (2012). Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqy Press.
https://elsyara15.wordpress.com/2014/02/04/makalah-tentang-konsep-pembangunan-yang-berkelanjutan-green-building/